Jumat, 06 November 2015

Abuya #10

31/10/15

Pagi ini aku menjalankan suatu pertemuan di kampus yang mengharuskan aku datang dalam pertemuan itu, aku tidak terlalu menyimak rapat itu secara mendalam yang ada dipikiranku adalah pertemuan nanti sore denganmu dan kawan-kawan yang lainnya. Aku berniat untuk memberikan sesuatu itu padamu pada hari ini dengan perasaan yang selalu menghantui rasa takut, bahagia, malu dan segala macam emosi hadir dalam pikiranku.

Tibalah waktu dzuhur dan akupun memunaikan ibadah shalat dan kau juga pasti menunaikannya, siang itu aku berdoa pada-Nya agar ditenangkan hatiku saat bertemu denganmu, dijaga pandanganku darimu, dijaga sikapku terhadapmu dan yang terakhir yang selalu aku panjatkan adalah dijaga perasaanku terhadapmu. Selesai shalat aku langsung melanjutkan rapat yang dipending itu.

Belum ada jam 5 sore rapat itu telah usai, aku merasakan gugup yang amat hebat karena aku tinggal menunggu waktu menjalankan pertemuan dengamu dan kawan-kawan yang lain. Aku memutuskan untuk berangkat pada jam itu juga karena aku tidak ingin diburu-buru oleh waktu. Akupun tiba distasiun cikini dan langsung menjalankan shalat ashar yang sudah berkumandang. Selesainya aku shalat aku melangkahkan kaki ke tempat makan yang dinamakan KFC, sesampainya aku disana aku merasakan ketakutan itu kembali ketakutan yang sebelumnya aku rasakan pada saat usai rapat.

Aku menunggumu dengan harap-harap cemas, kecemasan yang aku takutkan itu akan terjadi. Setelah aku menunggumu dengan waktu yang sangat lama akhirnya kaupun datang dengan temanmu, perasaan takut itu melewati batas yang ditentukan. Aku seperti ditengah-tengah kehidupan antara hidup dan mati.

Setelah kita semua berbincang-bincang dan aku tidak merasakan ketakutan itu, ketakutan itu seakan hilang dengan adanya perbincangan yang menimbulkan tertawa yang terbahak-bahak. Aku tidak tahu bagaimana proses nya temanku memberikan sesuatu itu padamu yang aku tahu kau tiba-tiba mengatakan “siapa yang ngasih nih?” dan ketika ku mendengar perkataan itu akupun seperti diantara hidup dan mati untuk kedua kalinya.

Inti dari pertemuan ini adalah memberikan sertifikat yang sudah dijanjikan sejak bulan-bulan sebelumnya, tiba-tiba kau bertanya lagi dengan ekspresi wajah yang heran, bingung dan rasa ingin tahu, aku layaknya patung yang tidak bisa bergerak sama sekali dan hanya bisa terdiam. Aku merasakan ada sesuatu yang menyebar luas tentang siapa yang memberikan pemberian itu, dan saat itupun firasatku mengatakan ada yang memberitahumu tentang siapa yang memberimu sebuah bungkusan yang dilapisi batik dan dihiasi dasi yang berbentuk seperti kemeja.

Aku mempercayai kekuatan firasat, firasat itu benar saat kita merasa yakin itu akan tejadi. Dan pada akhirnya ketika ku ingin berpamitan pulang dan menyentuh tanganmu, tanganmu menarik ku seperti ingin berbicara denganku, dengan firasat yang sangat kuat aku langsung menarik tanganku dari genggamanmu. Dan setelah aku berpamitan padamu kau berkata “Tw… makasih yaaa” dengan wajah yang tersenyum dan menawan sedangkanku dengan rasa gugup dan berwajah pucat aku menolak bahwa itu pemberian dariku. Dengan seseorang yang biasa ku panggil teman dia memojokanku supaya ku mengaku, karena niatku aku tak ingin kamu mengetahui hal ini dengan penuh emosi yang tak jelas aku tetap menolak bahwa itu pemberian dariku. Antara hidup dan mati untuk ketiga kalinya.

Ini adalah pertemuan yang bisa dibilang pertemuan terakhir kita semuaa, aku kau dan kawan-kawan kita, kawan-kawan yang selalu ingin memeritahukan perasaanku padamu. Iya mereka kawan-kawan yang selalu sibuk dengan urusannya, mereka yang tertawa karena leluconnya, mereka yang selalu membagi pengalaman dan ceritanya, mereka yang selalu mengajarkanku keberanian dalam suatu hal, dan mereka juga yang mempertemukanku denganmu.


Kalian adalah kawan-kawan yang selalu membuatku berusaha untuk lebih baik kedepannya.