31/10/15
Pagi ini aku menjalankan
suatu pertemuan di kampus yang mengharuskan aku datang dalam pertemuan itu, aku
tidak terlalu menyimak rapat itu secara mendalam yang ada dipikiranku adalah
pertemuan nanti sore denganmu dan kawan-kawan yang lainnya. Aku berniat untuk
memberikan sesuatu itu padamu pada
hari ini dengan perasaan yang selalu menghantui rasa takut, bahagia, malu dan
segala macam emosi hadir dalam pikiranku.
Tibalah waktu dzuhur
dan akupun memunaikan ibadah shalat dan kau juga pasti menunaikannya, siang itu
aku berdoa pada-Nya agar ditenangkan hatiku saat bertemu denganmu, dijaga
pandanganku darimu, dijaga sikapku terhadapmu dan yang terakhir yang selalu aku
panjatkan adalah dijaga perasaanku terhadapmu. Selesai shalat aku langsung
melanjutkan rapat yang dipending itu.
Belum ada jam 5 sore
rapat itu telah usai, aku merasakan gugup yang amat hebat karena aku tinggal
menunggu waktu menjalankan pertemuan dengamu dan kawan-kawan yang lain. Aku
memutuskan untuk berangkat pada jam itu juga karena aku tidak ingin diburu-buru
oleh waktu. Akupun tiba distasiun cikini dan langsung menjalankan shalat ashar
yang sudah berkumandang. Selesainya aku shalat aku melangkahkan kaki ke tempat
makan yang dinamakan KFC, sesampainya aku disana aku merasakan ketakutan itu
kembali ketakutan yang sebelumnya aku rasakan pada saat usai rapat.
Aku menunggumu dengan
harap-harap cemas, kecemasan yang aku takutkan itu akan terjadi. Setelah aku
menunggumu dengan waktu yang sangat lama akhirnya kaupun datang dengan temanmu,
perasaan takut itu melewati batas yang ditentukan. Aku seperti ditengah-tengah
kehidupan antara hidup dan mati.
Setelah kita semua
berbincang-bincang dan aku tidak merasakan ketakutan itu, ketakutan itu seakan
hilang dengan adanya perbincangan yang menimbulkan tertawa yang terbahak-bahak.
Aku tidak tahu bagaimana proses nya temanku memberikan sesuatu itu padamu yang aku tahu kau tiba-tiba mengatakan “siapa
yang ngasih nih?” dan ketika ku mendengar perkataan itu akupun seperti diantara
hidup dan mati untuk kedua kalinya.
Inti dari pertemuan ini
adalah memberikan sertifikat yang sudah dijanjikan sejak bulan-bulan
sebelumnya, tiba-tiba kau bertanya lagi dengan ekspresi wajah yang heran,
bingung dan rasa ingin tahu, aku layaknya patung yang tidak bisa bergerak sama
sekali dan hanya bisa terdiam. Aku merasakan ada sesuatu yang menyebar luas
tentang siapa yang memberikan pemberian itu, dan saat itupun firasatku
mengatakan ada yang memberitahumu tentang siapa yang memberimu sebuah bungkusan
yang dilapisi batik dan dihiasi dasi yang berbentuk seperti kemeja.
Aku mempercayai
kekuatan firasat, firasat itu benar saat kita merasa yakin itu akan tejadi. Dan
pada akhirnya ketika ku ingin berpamitan pulang dan menyentuh tanganmu,
tanganmu menarik ku seperti ingin berbicara denganku, dengan firasat yang
sangat kuat aku langsung menarik tanganku dari genggamanmu. Dan setelah aku
berpamitan padamu kau berkata “Tw… makasih yaaa” dengan wajah yang tersenyum
dan menawan sedangkanku dengan rasa gugup dan berwajah pucat aku menolak bahwa
itu pemberian dariku. Dengan seseorang yang biasa ku panggil teman dia
memojokanku supaya ku mengaku, karena niatku aku tak ingin kamu mengetahui hal
ini dengan penuh emosi yang tak jelas aku tetap menolak bahwa itu pemberian
dariku. Antara hidup dan mati untuk ketiga kalinya.
Ini adalah pertemuan
yang bisa dibilang pertemuan terakhir kita semuaa, aku kau dan kawan-kawan
kita, kawan-kawan yang selalu ingin memeritahukan perasaanku padamu. Iya mereka
kawan-kawan yang selalu sibuk dengan urusannya, mereka yang tertawa karena leluconnya,
mereka yang selalu membagi pengalaman dan ceritanya, mereka yang selalu
mengajarkanku keberanian dalam suatu hal, dan mereka juga yang mempertemukanku
denganmu.
Kalian adalah
kawan-kawan yang selalu membuatku berusaha untuk lebih baik kedepannya.