Semua berawal dari
sebuah organisasi..
Organisasi yang
mempertemukan aku denganmu..
Pertama kali aku
melihatmu, awalnya aku biasa saja. Tapi setelah aku mengetahui bahwa kamu
adalah seseorang yang tepat sekali dalam mengerjakan shalat, dari situlah aku
mulai mengagumimu, hanya mengagumimu..
Setelah beberapa kali
pertemuan denganmu dan dengan yang lain entah kenapa aku senang ketika kau
hadir dalam setiap pertemuan itu, seolah-olah menyempurnakan suasana pada saat
itu. Dan aku sangat berterimakasih kepada temanku yang telah memberikan aku
tanggung jawab yang sama dengan Abuya, itulah nama yang aku berikan padanya.
Sebuah nama sederhana yang memiliki arti yang sangat bermakna.
Dan semenjak itu
kita sering sekali berkomunikasi, ya walaupun hanya membahas tentang tanggung
jawab kita. Menurutku itu tak masalah karena bagiku berkomunikasi denganmu itu
adalah sesuatu yang sangat aku inginkan. Entahlah, semakin kesini aku semakin
ingin sekali bertemu denganmu setiap saat. Ketika malam datang kadang aku
termenung memikirkan sesuatu yang bisa terjadi atau bahkan tidak bisa terjadi
sama sekali. Sering sekali aku berfikir ketika kita sudah menjalan tanggung
jawab kita (panitia) tidak akan pernah bertemu lagi denganmu. Bahagia adalah
saat aku bisa berbicara, bercanda dan tertawa denganmu tanpa mengenal waktu.
Aku adalah seorang
wanita yang cepat sekali jatuh cinta dan memiliki rasa sayang yang hebat, tapi ketika
aku mengetahui bahwa dirimu tertarik dengan perempuan lain aku hanya bisa
berkaca dan diam. Semenjak aku mengetahui itu aku memaksa diriku untuk bersikap
biasa saja denganmu, mensugestikan diriku untuk tidak lebih dari seorang teman.
Pernyataan itu selalu aku tanamkan dalam pikiran dan hatiku.
*beberapa bulan
kemudian
Tiba dimana hari yang
selalu kau impikan yaitu mencalonkan diri menjadi ketua BEM, dimana semakin
hari kau semakin sibuk dan tidak mementingkan pertemuan dengan teman-temanmu,
termasuk denganku. Aku menyadari bahwa semakin tinggi jabatanmu kau akan
semakin sibuk dengan urusanmu dan melupakan teman-teman yang selalu mendukungmu
dari belakang. Entahlah apa yang harus aku perbuat setelah mengetahui kau akan
mencalonkan diri menjadi ketua BEM. Yang selalu ada dipikiranku adalah ketika
kelak kau akan menjadi ketua BEM sungguhan, kau akan menyukai wanita yang
sederajat denganmu. Jika dibandingkan dengan ku, aku tak memiliki kelebihan
yang bisa ku tunjukan padamu. Dan lagi-lagi aku hanya bisa terdiam.