Selasa, 28 April 2015

Diam-Diam Peduli by Kurniawan Gunadi -Hujan Matahari-

DIAM-DIAM PEDULI

Aku tidak harus menunjukan kepedulianku terhadapmu pada semua orang, bukan?

Seperti seorang ayah yang sejak dahulu lebih banyak diam. Jarang menanyakan kabartapi sibuk ke sana ke mari mencarikanmu kehidupan. Seperti seorang pencinta yang begitu bersemangat mendoakan kekasihnya agar memiliki hari-hari yang baik untuk esoknya.

Atau seperti anak-anak yang malu-malu enggan meninta ketika ia menyukai sesuatu, kemudia sang bunda memberikan padanya sesuatu yang menyenangkan hatinya.

Aku kepadamu bukanlah seorang pencinta kepada kekasih. Bukan pula seorang ayah kepada anaknya. Aku adalah seorang laki-laki yang sengaja benar oleh Tuhan dipertemukan denganmu di planet ini.

Lalu pada hari-hari berikutnya tidak pernah alpa aku untuk keselamatanmu. Manusia pada umumnya bilang itu cinta, aku tidak bilang begitu. Bagiku ini seperti sebuah kesempatan dalam hidup untuk merasakan bagaimana tulusnya berdoa untuk orang lain. Padahal orang lain tersebut bukanlah siapa-siapa, setidaknya untuk saat ini.

Sebab seringkali kita begitu berat mendoakan orang lain yang lebih dalam kesusahan, mungkin dekat kematian atau dalam perang. Mendoakan yang paling kita kenal sepanjang hidup pun, misalnya ayah dan ibu, tidak pernah seperti ini.

Jika kita dipertemukan dalam keadaan seperti ini. Sama-sama sendiri dan sama-sama tahu bahwa kita tidak bisa menjalani kebersamaan tanpa restu dari Tuhan, pastilah kita menerka-nerka kiranya apa yang sedang Tuhan rencanakan.

Aku mendoakan keselamatanmu hingga lupa mendoakan keselamatanku sendiri. Aku memastikan kamu aman ketika menyebrang jalan atau sekedar memastikan kamu hari ini sehat walafiat.
Ini persis seperti anak perempuan yang jatuh cinta pada boneka beruang di took mainan, memperhatikan dan menginginkan. Sekedar ingin. Dinding kaca menjadi batas antara memiliki dan tidak memiliki. Seandainya dipecahkan, tentu saja dimarahi satpam. Sedang ia belum memiliki kecukupan untuk membelinya.

Aku padamu adalah seseorang dengan orang lain yang bukan siapa-siapa. Jika aku peduli padamu, itu semua karena aku tidak tahu tentang bagaimana cara mengatasi perasaan. Setidaknya aku mampu menahannya dengan cukup mendoakan. Aku mehannya untu tidak lebih dari itu.

                Untuk setiap yang yang diam-diam mendoakanmu.



-KurniawanGunadi-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar